
3 tahun sudah
anak itu mengalami hal yang mungkin sangat berat untuk seumurannya. Disingkirkan
dari pergaulan teman-teman sebayanya, dia berusaha tetap melawan arus hinaan
dari teman-temannya. Entah apa yang berbeda dari anak ini, bahkan sampai saat
ini dia masih bertanya-tanya “Apa sih salahku?,”.
Setahun
pertama dia berhasil melewatinya. Tapi entah kenapa tahun kedua, ada
orang-orang yang mulai iri dengan prestasinya, entah prestasi atau karna anak
ini sering keluar dari kelasnya untuk urusan sekolah.
Dia berusaha
mendewasakan dirinya, tapi hatinya tak sekuat batu. Batu pun kalau dipukul
berkali-kali akan berakhir remuk. Pertahanannya runtuh, air matanya keluar
lagi. Berulang kali dia berkata kepada ibunya “Bu, aku pingin pindah, aku nggak
mau sekolah di sekolah itu, aku ngga kuat!,”, anak itu selalu mengeluh kepada
ibunya. Tapi ibunya dengan bijak berkata “Dimana pun kamu pindah semuanya akan
sama, masalah itu harus dihadapi bukan di lewati begitu saja,”.
Dia mulai
menerima. Sampai sekarang ditahun ketiga. Dia mendapat ejekan dari temannya. Dipasang-pasangkan,
itu masalahnya sekarang. Tapi bukan itu yang dia permasalahkan, kata-kata “Aku
bisa mendapatkan lebih baik dari pada dia, 1000% malah,” itu diucapkan didepan
mata anak ini. Dia merasa harga dirinya disobek-sobek didepan umum, seolah-olah
dia adalah gadis yang tak ada harganya. Hatinya kembali bergejolak. Sampai akhirnya
dia pergi, mencurahkan semuanya keseseorang yang lebih mengerti dia saat itu. Beliau
sangat sabar mendengarkan curahan hati anak ini. Saran-saran yang beliau
sampaikan pada anak ini sangat membantu batin anak ini menjadi tenang.
Hati yang
tadinya meledak-ledak kembali tenang dan dia kembali seperti dia biasanya. Dia kembali
kepertahanannya. Sekarang dia hanya berharap, dia kuat sampai akhir dari cerita
ini.
0 komentar:
Posting Komentar